Dewasa
ini sepertinya kita mengalami fenomena yang ngga bisa dipungkiri sangat
viral di kalangan anak muda. Dimana-mana kata ini selalu di ucapkan. Bahkan,
orang yang ingin meminta maaf apabila punya salah pun akan dilabeli dengan kata
ini. Yap, Baper. Ntah siapa yang pertama kali mempopulerkan kata ajaib
ini dalam waktu singkat sudah menjadi kata sisipan bagi obrolan anak muda.
Sebenernya Baper itu apa? Kenapa sampai begitu penting pembahasan ini?
Sebenernya saya juga malas membahas ini. Tapi karena sudah gregetan
melihat fenomena yang makin menjadi-jadi ini akhirnya dibuatlah tulisan ini.
Yak jadi Baper adalah bawa perasaan. Jadi kalau kalian-kalian semua pernah
dibilang gitu sama temen kalian, kita sama. Contoh: ‘maaf yaa aku tadi ngga
bisa dateng sampe selesai’ ‘iya nggapapa’ ‘maaf yaa sekali lagi’ ‘udah nggapapa,
kok jadi baper gitu sih’. Intinya menjadi seseorang yang cenderung baper itu
tidak baik, sering di bully lah, ini lah, itu lah. Benarkah?
Nah, saya yakin dari contoh-contoh diatas pasti kalian ada yang pernah ngerasain. Dan sayangnya virus ini pun menyebar kepada mereka para aktivis kampus. Terutama aktivis dakwah yang sebagaimana orang-orang tahu bahwa yang namanya aktivis dakwah pasti komunikasinya harus nunduk, ngga boleh saling pandang, dan sedikit banget yang di obrolin. Tapi mengapa mereka-mereka ini bisa tergolong ke dalam manusia baper? Ya karena apa yang di omongkan orang lain kepada mereka, mereka input langsung ke hati. Jadi, seperti ada perasaan ‘uh’ yang tak bisa dijelaskan. Sebenarnya hal itu baik, karena akan menjadi refleksi untuk mereka dalam melakukan hal yang akan mereka lakukan berikutnya. Namun, karena terus-terusan dibahas atau diceritakan kepada teman-temannya maka muncullah perasaan baper yang tak tertahankan. Apalagi kalau bahasannya menyangkut masalah jodoh, nikah, dan turunannya. Pastilah akan menjadi virus yang sangat merugikan para aktivis dakwah karena akan mengalihkan fokus mereka untuk tetap menyampaikan kebaikan. Harusnya kita belajar ini dan itu, karena kita terkena baper yang berlebihan, tidak jadi belajar.
Nah,
solusi apa yang bisa di lakukan buat para aktivis agar terhindar dari baper? Yaa
dengan menjadi kader yang baper. Lah, kok baper lagi? Iya, baper yang ini beda.
Baper yang ini diartikan Barisan Pengikut Rasulullah. Keren kan kepanjangannya?
Kader-kader ini sebaiknya kembali mengikuti ajaran yang telah di contohkan
Rasul, kembali ke segala sunnah nya, jadilah pribadi yang tetap berjalan di
jalannya. Pokoknya sibukkkan diri kita dengan banyak hal agar pikiran kita
teralihkan dari keinginan yang tidak baik. Sudah ada role modelnya tuh,
nabi Muhammad sebagai panutan yang paling baik yang bisa dicontoh. Tinggal bagaimana
kita mengaplikasikan segala perilaku Rasul baik itu dalam berpikir, bersikap,
berorganisasi, bergaul, yang insyaAllah apabila kita bisa minimal mengikuti
salah satunya maka kita akan merasakan sedikit ada yang berubah dengan diri
kita. Meskipun saya juga baru memulai, tapi setidaknya kita berjuang
bersama-sama. Yakin deh, baper yang ini baik untuk jiwa dan raga.
Bukankah
manusia pasti punya perasaan, bukankah itu yang membedakan kita dengan hewan? Sejatinya
baper itu fitrah, tapi kalau salah arah akan membuat masalah. Jadi, baper itu
tidak masalah selama kita bisa menempatkan sesuai porsinya. Bahkan, baper akan
membuat kita lebih peka terhadap orang lain dan bagaimana harus bersikap. Baper
bisa membuat kita lebih bersyukur, pun juga bisa mendekatkan kita pada Sang
Pencipta. Maka, baperlah pada tempatnya karena jika kita baper sembarangan dampaknya
juga buruk. Orang yang baper biasanya mudah tersinggung, mudah galau, mudah
percaya, gampang buat di rayu, mudah berprasangka, supaya kita bisa baper pada
tempatnya maka gunakanlah juga akal. Akal, perasaan, hati kudu sejalan dong. Jangan
hanya bawa perasaan saja tapi akalnya juga harus digunakan. Jangan hanya akal
saja tapi perasaannya juga harus dibawa. Jadi harus seimbang sesuai dengan kata
hati. Bukankah Allah sudah berfirman dalam firman-Nya: Katakanlah: “Dialah yang
menciptakan kamu dan menjadikan kamu pendengaran, penglihatan, dan hati”.
(Tetapi) amat sedikit kamu bersyukur. (Q.S. Al-Mulk: 23)
Nah,
masih mau jadi kader yang baper?
0 komentar:
Posting Komentar