Hari baru, suasana baru. Ya, itulah yang aku rasakan dan juga mungkin semua teman-temanku. Semester baru merupakan cerita yang sangat dinanti-nanti bagi para mahasiswa, ntah yang baru saja mendapat titel sebagai mahasiswa maupun yang baru menjadi kakak tingkat ataupun bagi para mahasiswa semester atas yang mulai bosan dengan studinya yang tidak rampung-rampung. Yah, doakan saja semoga mereka yang sudah ‘sepuh’ ini segera mendapat gelar yang mereka inginkan.
Biasanya ketika semester baru ada satu ritual yang wajib dan
sangat tidak boleh dilewatkan. Yaitu Orientasi Pengenalan Kampus atau OSPEK. Banyak
mahasiswa yang rela tidak bersua dengan orang tua tercinta di rumah hanya
karena kegiatan tiap tahunan ini. Mereka rela mengorbankan segala pikiran
perasaan mereka untuk menyukseskan acara kampus tersebut. Selain memberikan
kesan yang mendalam bagi para mahasiswa baru hal itu juga akan menambah ilmu
berorganisasi mereka yang nantinya dapat digunakan ketika berkecimpung di
masyarakat nanti. Bagaimana denganku? Aku sempat mendaftar, dan diterima. Tapi ketika
ingin kembali ke perantauan untuk mengurusi hajatan kampus tersebut, aku
dilarang orang tuaku. Alhasil aku memundurkan
jadwal keberangkatanku hingga minggu depannya. Tak apalah, masih diberi waktu
buat refresh pikiran dan nyantai-nyantai di rumah.
Ospek di kampusku terasa berbeda dengan kampus-kampus
lainnya. Ya mungkin karena nama mereka lebih tenar dan besar ketimbang kampusku
yang berlabel agama sehingga penyajian kegiatannya pun berbeda. Namun bukan
itu, ada satu hal yang membuatku muak dengan sistem ospek di kampusku. Meskipun
itu bagus dan berguna, namun hanya berguna di saat yang sangat genting saja. Ya,
ospek di kampusku sangat di tularkan virus orasi. ‘Iyalah biar patriotik,
nasionalis, kritis terhadap sesuatu yang tidak sesuai dengan kepentingan
rakyat, presiden pertama kita aja orator ulung loh!’. Aku sama sekali tidak
menyalahkan itu, tapi apa ya harus dengan demo turun ke jalan merusak fasilitas
publik, mengganggu jalanan umum. Ah, tidak bisakah demonstrasi dengan cara yang
lebih sopan? Pasti ada. Hanya saja mereka sudah terlanjur betah dengan yang
itu-itu saja. Ospek yang katanya bebas dari pengaruh golongan tertentu malah
justru identik dengan bau-bau pergerakan. Mengajarkan demo, menyuruh orasi,
bentak-bentak, dan yang paling miris, merokok dan gondrong. Jangan ada debat
tentang rokok diantara kita. Butuh waktu bertahun-tahun untuk menyadarkan orang
perokok kalau mereka salah. Seharusnya yang dilihat para mahasiswa baru adalah
kakak tingkat yang rapi, ramah, dapat menjadi teladan yang baik sehingga kesan
bagi mahasiswa baru pun ikut baik. Para panitia ospek itu pun pada akhir osspek
mengadakan kegiatan yang gunanya mengakrabkan mahasiswa-mahasiswa namun dengan
biaya yang tidak sedikit. Padahal, pihak kampus sudah melayangkan pernyataan
bahwa ospek itu bebas biaya. Namun tetap saja ada yang memanfaatkan momen ini untuk
mengumpulkan pundi-pundi untuk kepentingan mereka sendiri. Dengan penyajian
kakak tingkat yang sukanya ngomong keras, bentak, nggak ada senyum-senyumnya
sama sekali, ah jangan ngarep deh buat mahasiswa baru tertarik. Ospek kali ini
terasa sama, stagnan. Sayang sekali yang justru kebalikan dengan kampus UGM dan
UNY, terlihat mereka kompak, rapi, dan mereka tertawa dan senang menjalani masa
ospek mereka. Sehingga niat mereka untuk berkuliah semakin mantap. Ah sepertinya
perlu belajar banyak dari mereka tentang bagaimana caranya membuat para
mahasiswa baru tersenyum senang bukannya merengut dan nggrutu sana sini. Tapi meskipun masih banyak kurang disana sini, tetep dong harus bangga sama kampus ku, gini gini juga aku bakalan keluar dari kampus ini juga dengan titel sebagai pengajar. InsyaAllah.
Suasana baru ini pun akan semakin indah dengan segera
dimulainya perkuliahan atau malah yang sudah memulai perkuliahan sejak minggu
lalu, yang pasti masa kuliah itu sudah masa-masa serius. Serius belajar, serius
berorganisasi, serius memperbaiki diri, serius mengasah kemampuan diri, serius
mencari istri, eh tidak serius untuk terus tegak sendiri dan membuktikan kalau
segala hal yang kamu minta dari orang tuamu bisa kamu balas dengan keseriusanmu
dalam menempuh studi lanjut. Syukur-syukur dapet beasiswa sehingga tidak bikin
susah orang tua lagi. So tetap fokus, rendah hati, dan tetap berjuang di jalan
yang benar. Ngomong-ngomong saat ini aku semester 3. Yupyup.

0 komentar:
Posting Komentar